Softskill
Bahasa
Indonesia 2 #
Nama :
Jhon Willyngter Sirait
Npm :
14213642
PENALARAN
1. Pengertian
Penalaran
Penalaran
adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta
yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan.
Penalaran
mempunyai beberapa pengertian lainnya, yaitu:
a. Proses
berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan
sampai dengan simpulan,
b. Menghubung-hubungkan
fakta atau data sampai dengan suatu simpulan,
c. Proses
menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian
baru,
d. Mengkaji,
membahas, atau menganalisis dengan menghubung-hubungkan variabel yang dikaji
sampai menghasilkan suatu derajat hubungan dan simpulan,
e. Pembahasan
suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan baru.
Manusia
menggunakan nalarnya untuk mengembangkan pengetahuan, menemukan hal-hal baru ,
mengembangkan kebudayaan , memberi makna pada kehidupan , dan memanusiakan diri
dalam hidupnya.
Hal
itu disebabkan oleh hal-hal berikut :
1. Manusia
mempunyai bahasa yang mampu mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang
melatarbelakangi informasi tersebut.
2. Manusia
memiliki kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.
Data
yang dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu simpulan harus
berbentuk kalimat pernyataan atau yang disebut dengan proposisi. Proposisi
adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subyek dan predikat yang membentuk
kalimat. Ciri-ciri penalaran sebagai berikut :
1. Logis,
suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang
secara objektif dan didasarkan pada data yang valid.
2. Analitis,
berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang
dalam merangkai, menyusun, atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya
ke dalam suatu pola tertentu.
3. Rasional,
artinya adalah apa yang sedang dinalar merupakan suatu fakta atau kenyataan
yang memang dapat dipikirkan secara mendalam
2. Jenis-Jenis
Penalaran
1. Penalaran
Induktif
Penalaran
Induktif
adalah
penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan
simpulan yang umum. Dengan kata lain, simpulan yang di peroleh tidak lebih
khusus daripada pernyataan (premis).
Contoh :
Suatu
lembaga kanker di Amerika melakukan studi tentang hubungan antara kebiasaan
merokok dengan kematian. Antara tanggal 1 Januari dan 31 Mei 1952 terdaftar
187.783 laki-laki yang berumur antara 50 sampai dengan 69 tahun. Kepada mereka
dikemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang kebiasaan merokok mereka pada masa
lalu dan masa sekarang. Selanjutnya keadaan mereka diikuti terus menerus selama
44 bulan. Berdasarkan surat kematian dan keterangan medis tentang penyebab
kematiannya, diperoleh data bahwa diantara 11.870 kematian yang dilaporkan
2.249 disebabkan kanker. Dari seluruh jumlah kematian yang terjadi (baik pada yang
merokok maupun yang tidak) ternyata angka kematian di kalangan pengisap rokok
tetap jauh lebih tinggi daripada yang tidak pernah merokok, sedangkan jumlah
kematian pengisap pipa dan cerutu tidak banyak berbeda dengan jumlah kematian
yang tidak pernah merokok.
Analisis:
Dari
bukti-bukti yang terkumpul dapat diketahui bahwa asap tembakau memberikan
pengaruh yang buruk dan memperpendek umur manusia. Cara yang paling sederhana
untuk menghindari kemungkinan itu ialah dengan tidak merokok sama sekali.
Karena jika dibiarkan atau terus-menerus mengkonsumsi rokok tidak menutup
kemungkinan bahwa kematian karena merokok akan tetap tinggi.
Beberapa
bentuk penalaran induktif adalah sebagai berikut :
1. Generalisasi
ialah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai
sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
Contoh:
Pemakaian
bahasa Indonesia deseluruh daerah diindonesia dewasa ini belum dapat dikata
seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihan dengan
mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan
oleh bahasa daerah. Diungkapkan persurat kabaran, radio, dan TV pemakaian
bahasa indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka
kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia
yang terjaga baik. Fakta – fakta diatas menunjukan bahwa pengajaran bahasa
Indonesia perlu ditingkatkan.
2. Analogi
adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya. Kesimpulan yang diambil dengan
jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat khusus dari beberapa pendapat
khusus yang lain, dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan yang
sebelumnya.
Contoh:
Untuk
menjadi seorang penari professional atau ternama dibutuhkan latihan yang rajin
dan ulet. Demikiannya dengan seorang atlit untuk dapat menjadi atlit
professional dan berprestasi dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet. Oleh
karena itu untuk menjadi seorang penari maupun seorang atlit diperlukan latihan
yang rajin dan ulet.
3. Hubungan
Kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan. Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan kausal sering ditemukan.
Contoh:
Masalah
pengangguran merupakan masalah serius yang harus diselesaikan pemerintah,
seperti beberapa waktu lalu diberitakan dimedia cetak dan ibu kota, bagaimana
ribuan pencari kerja hars berdesakan bahkankan pingsan untuk mendapatkan
pekerjaan. Menurut laporan media cetak hal ini terjadi karena dalam waktu dekat
ini banyak perusahaan menufaktor yang akan tutup. Sehingga harus melakukan PHK.
Selain itu minimnya kahlian atau rendahnya kualitas SDM menjadi faktor penyebab
banyaknya pengangguran diibukota.
2. Penalaran
Deduktif
Penalaran
Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum.
Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara
deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuku kepada hal-hal yang khusus
atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif terebut
dapat dimulai dai suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.
Contoh
1:
Seorang hakim
dengan giatnya membaca dan belajar serta selalu mempersiapkan referensi
buku-buku hukum, jurnal hukum, baik hukum formal maupun hukum materiil. Bahkan
ia sering melakukan diskusi hukum dan juga rajin membaca putusan-putusan hakim
melalui yurisprudensi, sehingga pada saatnya nanti ia berharap akan menjadi
hakim yang lebih berkualitas dan memiliki integritas moral yang baik.
Analisis:
Hakim
seperti ini memiliki nalar dan penalaran yang mempersiapkan diri secara lebih
strategis untuk kepentingan tugasnya di masa yang akan datang.
Contoh
2:
Mendengarkan
musik dapat menenangkan jiwa. Dalam penelitian ilmiah telah
dibuktikan bahwa mendengarkan musik itu dapat menenangkan pikiran manusia
dari berbagai macam masalah yang sedang dihadapinya. Dengan mendengarkan musik
manusia dapat mengurangi masalah yang dipikirkan. Beban berat masalah yang
dialami menjadi berkurang sehingga seseorang dapat memecahkan masalah dengan
akal sehatnya. Berdasarkan penelitian tentang mendengarkan musik dapat
disimpulkan bahwa orang yang suka mendengarkan musik pada umumnya lebih tidak
ada beban dan selalu senang.
Analisis:
Pernyataan
tersebut membuktikan bahwa orang yang mendengarkan musik pada umumnya bertujuan
untuk menenangkan pikirannya dan bisa menjadi solusi dimana saat-saat mengalami
kegundahan, kesenangan, kemarahan, dan kesedihan.
3. Kaitannya
Proses Berpikir Ilmiah dengan Penalaran
Penalaran
merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan
‘berpikir’, dan bukan hanya dengan ‘perasaan’ saja. Penalaran biasanya di awali
dengan berfikir kerena berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan
pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak
sama. Benar bagi kita, belum tentu bagi orang lain; benar bagi orang lain,
belum tentu bagi kita. Maka oleh sebab itu, proses kegiatan berpikir untuk
dapat menghasilkan pengetahuan yang benar, itu pun berbeda-beda. Dapat
dikatakan bahwa tiap jalan pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai kriteria
kebenaran. Dan kriteria kebenaran ini merupakan landasan bagi proses penemuan
kebenaran tersebut. Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran dimana
tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing.
Daftar
pustaka:
METODE ILMIAH
1. Pengertian
Metode Ilmiah
Metode
ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah
proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan
terkontrol. Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific
method) merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara
sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta
membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi
yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen.
Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi
suatu teori ilmiah. (wikipedia)
Unsur
utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:
1. Karakterisasi
(pengamatan dan pengukuran)
2. Hipotesis
(penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan
pengukuran)
3. Prediksi
(deduksi logis dari hipotesis)
4. Eksperimen
(pengujian atas semua hal di atas)
2. Karakteristik
Metode Ilmiah
Umumnya terdapat empat karakteristik
penelitian ilmiah :
1. Sistematik.
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai
pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2. Logis.
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta
empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya
akal yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bias dengan prosedur
induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus
individual (khusus), atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik
kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
3. Empirik.
Artinya suatu penelitian yang didasarkan pada pengalaman sehari-hari, yang
ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil
penelitian. Landasan empirik ada tiga yaitu :
a) Hal-hal
empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau
perbandingan satu sama lain).
b) Hal-hal
empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.
c) Hal-hal
empirik tidak bisa secara kebetulan,melainkan ada penyebabnya.
4. Replikatif.
Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus di uji kembali oleh
peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan
metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi
operasional variable menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
3. Syarat-syarat
Metode Ilmiah, diantaranya :
1. Obyektif,
artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya atau didukung metodik fakta
empiris.
2. Metodik,
artinya pengetahuan ilmiah diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang
teratur dan terkontrol.
3. Sistematik,
artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri
sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan.
4. Universal,
artinya pengetahuan tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau
beberapa orang saja tetapi semua orang melalui eksperimentasi yang sama akan
memperoleh hasil yang sama.
4. Kaitan
Sikap Ilmiah dengan Metode Ilmiah
Sikap
ilmiah menuntut orang untuk berfikir dengan sikap tertentu. Dari sikap tersebut
orang dituntut dengan cara tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan.
selanjutnya cara tertentu itu disebut metode ilmiah. Jadi dengan sikap ilmiah
dan metode ilmiah diharapkan dapat menyusun ilmu pengetahuan secara sistematik
dan runtun.
5. Langkah-langkah
Metode Ilmiah
Dalam melakukan penelitian,berikut langkah-langkah melakukan metode
ilmiah:
1) Menentukan dan merumuskan masalah
2) Mengumpulkan data
3) Membuat hipotesis
4) Melakukan eksperimen (percobaan)
5) Menarik kesimpulan
Contoh
1:
1.
Rumusan Masalah
Siapa
orang yang telah membunuh anak kecil itu ?
2.
Pengumpulan Data
Polisi
melakukan pemeriksaan ditempat pembunuhan anak kecil itu dan menanyakan beberapa pertanyaan
kepada saksi penemuan mayat anak kecil yang dibunuh.
3.
Hipotesis
Setelah
saksi di periksa, maka polisi menduga bahwa anak kecil itu dibunuh oleh
seorang
laki-laki tua.
4.
Eksperimen
Polisi
pun sudah mulai mengetahui siapa yang telah tega membunuh anak kecil itu.
5.
Kesimpulan
Pembunuhan
dilakukan karena dendam pribadi laki-laki tua kepada ibu dari anak
kecil
itu.
Contoh
2:
Contoh
Kasus Metode Ilmiah Tentang Tumbuhan
Berikut
ini adalah contoh metode ilmiah biologi dan langkah-langkah metode ilmiah
sederhana
:
I. Masalah
Pengaruh
manusia sebagai factor luar terhadap pertumbuhan tumbuhan.
II.
Rumusan Masalah
1.
Apakah manusia berpengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan ?
2. Bagaimana
keadaan tumbuhan yang dirawat secara baik oleh manusia, dan keadaan tumbuhan
yang tidak dirawat ?
III.
Observasi
Mengamati
tumbuhan yang selalu dipelihara, dirawat, diberi air dan diberi pupuk
oleh
manusia, tumbuhan tersebut tumbuh dengan subur.
IV.
Hipotesis
Mungkin
tumbuhan akan tumbuh subur oleh manusia.
V. Eksperimen
1.
Tujuan :
Untuk
mengetahui pengaruh manusia factor luar terhadap pertumbuhan
tumbuhan.
2.
Alat dan bahan untuk melakukan eksperimen tersebut :
2
pot ukuran sama
2
tanaman sejenis dan seukuran
Tanah
Pupuk
Air
Alat
tulis
3.
Cara Kerja :
1) Isi
pot 1 dengan tanah, tanaman, dan pupuk lalu siram,
2) Isi
pot 2 dengan tanah, tanaman tanpa di beri pupuk lalu disiram,
3) Rawat
tanaman dalam pot 1 secara baik, sementara tanaman dalam pot 2
dibiarkan
atau tidak dirawat,
4) Amati
tanaman dalam pot 1 dan pot 2 ( daun, batang, dahan ) lalu dibandingkan ke 2
tanaman tersebut.
VI. Kesimpulan
Setelah
melakukan eksperimen kemudian dengan mengamati tanaman tersebut selama beberapa
hari hasil yang saya dapat adalah :
1. Tanaman
pada pot 1 tumbuh dengan baik dengan daun, batang, dan dahan tumbuh sempurna,
2. Tanaman
pada pot 2 tumbuh dengan sebaliknya, tumbuh dengan tidak baik dengan
daun, batang, dan dahan tidak tumbuh dengan sempurna bahkan terlihat layu,
3. Jadi,
manusia sebagai factor luar sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan,
baik tidak nya tumbuhan tersebut tumbuh
6. Pengertian
Sikap Ilmiah
Sikap
Ilmiah adalah suatu sikap yang menerima pendapat orang lain dengan baik dan
benar yang tidak mengenal putus asa serta dengan ketekunan juga
keterbukaan. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri
seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah
untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik
pula. Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah,
misalnya dalam seminar, diskusi, loka karya, sara sehan, dan penulisan karya
ilmiah.
Metode
Ilmiah didasari oleh adanya sikap ilmiah. Sikap-sikap ilmiah
tersebut meliputi :
a) Sikap
ingin tahu.
Sikap
ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan bidang kajiannya. Mengapa demikian? Bagaimana caranya? Apa saja
unsur-unsurnya? Dan seterusnya
b) Sikap
kritis.
Sikap
kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan
dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya,
kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
c) Sikap
terbuka.
Sikap
terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi,
kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat,
argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena
tidak sepaham atau tidak sesuai.
d) Sikap
objektif.
Sikap
objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti
perasaan pribadi.
e) Sikap
rela menghargai karya orang lain.
Sikap
menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber
secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal
dari pernyataan atau pendapat orang lain.
f) Sikap
berani mempertahankan kebenaran.
Sikap
ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau
pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil
yang ada.
g) Sikap
menjangkau ke depan.
Sikap
ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi
pengembangan bidang ilmunya.
Daftar
Pustaka:
http://nurii-thaa.blogspot.co.id/2014/03/sikap-ilmiah-dan-metode-ilmiah.htmlhttp://prodoskian.blogspot.co.id/2014/04/metode-ilmiah-dan-sikap-ilmiah.htmlhttp://marishaayu.blogspot.co.id/2015/04/metode-ilmiah-karakteristik-langkah.htmlhttp://ruth-apriyana.blogspot.co.id/2014/03/metode-ilmiah-dan-sikap-ilmiah_13.html
PERBEDAAN KARANGAN
1. Pengertian Karangan Ilmiah
Karya
tulis terdiri dari dua kata yaitu karya dan tulis. Karya menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pekerjaan, hasil perbuatan, buatan, ciptaan
(terutama hasil karangan). Sedangkan kata Tulis dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah huruf atau angka yang dibuat dengan pena (pensil, cat,
dan sebagainya), bersurat (yang sudah disetujui), yang ada tulisannya.
Dari
pegertian KBBI dapat kami simpulkan bahwa karya tulis merupakan hasil karangan
dalam bentuk tulisan atau karangan yang mengetengahkan hasil pikiran, hasil
pengamatan, tinjauan dalam bidang tertentu yang disusun secara sistematis.
Karya tulis juga dapat dikatakan tulisan yang membahas masalah tertentu
berdasarkan pengamatan secara sistematis dan terarah. Ada yang mengatakan karya
tulis itu sebagai gagasan seseorang yang dituangkan dalam bentuk tulisan
(Suherli, 2010:2). Dari berbagai pengertian yang ada pada dasarnya mempunyai
arti yang sama namun dapat disimpulkan bahwa karya tulis merupakan hasil karya
seseorang yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
Contoh
karya tulis ilmiah:
ABSTRAKSI
ANALISIS
PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA
KARYAWAN
FAKULTAS
EKONOMI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan Dinas Perindustrian dan Perdagangan ( DISPERINDAG ) Kota Semarang. Faktor
– faktor tersebut yaitu motivasi kerja dan lingkungan kerja. Karyawan yang
memiliki motivasi kerja yang tinggi akan memberikan dampak positif bagi
organisasi, sehingga tujuan organisasi tercapai. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan menyebar kuesioner sebanyak 74 karyawan DISPERINDAG Kota Semarang.
Analisis yang digunakan yaitu uji validitas, uji reliabilitas, dan uji
hipotesis, dengan bantuan komputer program SPSS versi 13 menggunakan analisis
regresi linier berganda. Berdasarkan hasil perhitungan data dan analisis yang
digunakan, diperoleh persamaan regresi yaitu: Y = 0,439 X1 + 0,260 X2 Dengan
menggunakan metode analisis regresi berganda, dapat disimpulkan bahwa variabel
motivasi kerja ( X1 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja
karyawan.
Dengan nilai
thitung sebesar 4,003 ( lebih besar dari ttabel 1,663 ) dan nilai signifikan
sebesar 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, maka nilai
signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian berarti bahwa
hipotesis yang menyatakan bahwa motivasi kerja memiliki pengaruh terhadap
kinerja karyawan dapat diterima ( Hipotesis 1 diterima ). Terdapat pengaruh
positif dan signifikan antara variabel Lingkungan kerja ( X2 ) terhadap kinerja
karyawan. Dengan nilai thitung sebesar 2,368 ( lebih besar dari
ttabel 0,021 ) dan nilai siginifikan sebesar 0,05 ( lebih
kecil dari 0,05 ). Secara simultan motivsi kerja dan lingkungan kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan nilai
fhitung 21,726 ( lebih besar dari 0.05 ), maka diperoleh nilai signifikansi
0,000. Dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja dan lingkungan kerja memiliki
pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan DISPERINDAG Kota Semarang.
2. Karangan Non Ilmiah
Karya
non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan
dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung
fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa
digunakan (tidak terlalu formal) dan satu ciri yang pasti ada dalam tulisan
fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik
penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti
penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb.
Ciri-ciri
Karya Tulis Non-Ilmiah:
1) Ditulis berdasarkan fakta pribadi.
2) Fakta yang disimpulkan subyektif.
3) Gaya bahasa konotatif dan populer.
4) Tidak memuat hipotesis.
5) Penyajian dibarengi dengan sejarah.
6) Bersifat imajinatif.
7) Situasi didramatisir.
8) Bersifat persuasif.
9) Tanpa dukungan bukti.
3. Perbedaan Karya Ilmiah dengan Non-ilmiah:
Istilah
karya ilmiah dan non ilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui
orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga
sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari
bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah
baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya,
kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan
yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.
Pertama,
karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual
objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek
yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri.
Kedua,
karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah
digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur
dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan
strategi.
Ketiga,
dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan
kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah.
Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam
melakukan pengklasifikasian.
Berdasarkan
karakteristik karangan ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang
tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis,
disertasi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah, dongeng, hikayat, cerpen,
novel, roman, puisi, dan naskah drama.
Karya
nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak
didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan
umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya
nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya
nonilmiah bersifat
(1)
emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari
keuntungan
dan
sedikit informasi,
(2)
persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca,
mempengaruhi
sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative,
(3)
deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan
(4)
jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.
Daftar
Pustaka:
0 komentar:
Posting Komentar