BUDAYA PULANG MUDIK

(Foto: Google)

Pengertian mudik
Istilah dan Esensi Mudik Selama ini kita mendengar, membaca, mengucapkan, menuliskan, bahkan melakukan apa yang sering disebut dengan mudik.
Tetapi tahukah bagaimana istilah mudik ini ditinjau dari segi bahasa ?
Istilah dan Esensi Mudik Selama ini kita mendengar, membaca, mengucapkan, menuliskan, bahkan melakukan apa yang sering disebut dengan mudik.
Tetapi tahukah bagaimana istilah mudik ini ditinjau dari segi bahasa ?
Mudik berasal
dari kata ‘udik’ yang dalam KBBI didefinisikan sebagai sungai yg sebelah atas
(arah dekat sumber); (daerah) di hulu sungai. Karena biasanya daerah hulu
sungai itu berada di atas pegunungan dan biasanya pemukiman di sekitarnya
berupa pedesaan, maka kemudian secara lebih luas lagi ‘udik’ dimaknai menjadi
desa; dusun; kampung (lawan kota). Dari akar kata ‘udik’ inilah KBBI
mendefinisikan ‘mudik’ menjadi (berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai,
pedalaman) atau lebih luasnya dimaknai pulang ke kampung halaman.
Jadi, istilah
mudik sebenarnya tidak hanya diperuntukkan untuk pulang ke daerah asal/
kelahiran saat lebaran, tetapi digunakan di semua aktivitas perjalanan pulang
menuju ke kampung halaman.
Mudik saat Hari
Raya Idul Fitri, Natal, dan tahun baru berawal dari keinginan para
perantau-orang yang pergi jauh meninggalkan kampung halamannya untuk mencari
nafkah dan penghidupan yang lebih baik-untuk bisa berkumpul kembali dengan
keluarganya.
Setelah setahun
lamanya mereka bekerja dan mengumpulkan uang sampai rela meninggalkan keluarga,
teman, dan kampung halamannya. Maka, momen mudik lebaran ini digunakan sebagai
ajang pelepas rindu akan kampung halaman, ajang silaturahmi ke sanak keluarga yang
jarang sekali ditemui karena saling berjauhan tempat kerjanya, ajang menjalin
kembali keakraban yang mungkin sudah mulai pudar karena selama setahun
masing-masing orang sibuk dengan pekerjaannya sendiri-sendiri. Disitulah esensi
dari mudik, yaitu pelepas rindu, penguat jalinan silaturahmi, dan sebagai lem
perekat keakraban antar saudara, sahabat, atau teman.
Tradisi budaya mudik
MUDIK selalu menjadi momen yang
ditunggu anggota keluarga. Bagaimana tidak, bepergian bersama menuju kampung
halaman dengan suasana ceria. Jadikan momen mudik tersebut lebih menyenangkan
dengan cara cerdik.
Sosiolog dari Universitas Indonesia, Dr Erna Karim MSi, mengatakan bahwa mudik terjadi karena beberapa alasan antara lain adanya nilai keagamaan dan nilai kekeluargaan. Untuk nilai keagamaan, mudik terjadi karena perlunya bersilaturahmi dengan kerabat dan sesama umat. Sedangkan penyebab mudik dilihat dari segi kekeluargaan, yakni menghormati dan menghargai orang tua dan atau yang dituakan.
”Siapa bilang mudik itu merugikan. Buktinya, mudik ini sudah menjadi tradisi karena selalu terjadi berulang-ulang, setiap tahunnya,” ujar sosiolog yang juga menjabat Ketua Program Sarjana Sosiologi FISIP Universitas Indonesia.
Dr Erna Karim Msi menyebutkan, dilihat dari segi sosiologis, sisi positif mudik adalah bisa menjadi momen baik bagi kaum urban untuk menunjukkan kepada kerabat di daerah mengenai keberhasilan mereka selama di perantauan. Artinya, bisa berbagai pengalaman dengan para kerabat di kampung. Selain itu, mudik juga menjadi proses remitansi atau mengalirnya dana serta sumber daya materi dan pemikiran dari kota ke desa.
Adapun proses ini juga bisa membuka kesempatan bagi daerah untuk mendapatkan pemasukan bukan pendapatan asli daerah (PAD) serta proses percampuran budaya kota dengan desa, sekaligus budaya tradisional dan modern.
”Pemaknaan desa dan tradisional identik dengan nilai-nilai kearifan, sedangkan pemaknaan kota dan modern identik dengan nilai-nilai needs for achievement,” tandasnya. Adapun manfaat mudik, dalam segi sosial merupakan kegiatan yang dapat membentuk social capital, yaitu modal sosial dalam membangun relasi antara masyarakat kota dan desa yang bersifat primordial, terutama mengenai masalah tenaga kerja dari desa yang dibutuhkan kota.
Keberhasilan kerabat atau keluarga di kota dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat desa dan menambah kemampuan sumber daya masyarakat desa yang menunjang orientasi mereka untuk berkarier. Bagi pasangan, mudik dapat menjadi mekanisme kontrol sosial dan motivasi dari keluarga besar atau extended family kepada pasangan untuk tetap mempertahankan perkawinan sebagai bentuk kepedulian dari keluarga besar.
Tips mudik yang aman
Sosiolog dari Universitas Indonesia, Dr Erna Karim MSi, mengatakan bahwa mudik terjadi karena beberapa alasan antara lain adanya nilai keagamaan dan nilai kekeluargaan. Untuk nilai keagamaan, mudik terjadi karena perlunya bersilaturahmi dengan kerabat dan sesama umat. Sedangkan penyebab mudik dilihat dari segi kekeluargaan, yakni menghormati dan menghargai orang tua dan atau yang dituakan.
”Siapa bilang mudik itu merugikan. Buktinya, mudik ini sudah menjadi tradisi karena selalu terjadi berulang-ulang, setiap tahunnya,” ujar sosiolog yang juga menjabat Ketua Program Sarjana Sosiologi FISIP Universitas Indonesia.
Dr Erna Karim Msi menyebutkan, dilihat dari segi sosiologis, sisi positif mudik adalah bisa menjadi momen baik bagi kaum urban untuk menunjukkan kepada kerabat di daerah mengenai keberhasilan mereka selama di perantauan. Artinya, bisa berbagai pengalaman dengan para kerabat di kampung. Selain itu, mudik juga menjadi proses remitansi atau mengalirnya dana serta sumber daya materi dan pemikiran dari kota ke desa.
Adapun proses ini juga bisa membuka kesempatan bagi daerah untuk mendapatkan pemasukan bukan pendapatan asli daerah (PAD) serta proses percampuran budaya kota dengan desa, sekaligus budaya tradisional dan modern.
”Pemaknaan desa dan tradisional identik dengan nilai-nilai kearifan, sedangkan pemaknaan kota dan modern identik dengan nilai-nilai needs for achievement,” tandasnya. Adapun manfaat mudik, dalam segi sosial merupakan kegiatan yang dapat membentuk social capital, yaitu modal sosial dalam membangun relasi antara masyarakat kota dan desa yang bersifat primordial, terutama mengenai masalah tenaga kerja dari desa yang dibutuhkan kota.
Keberhasilan kerabat atau keluarga di kota dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat desa dan menambah kemampuan sumber daya masyarakat desa yang menunjang orientasi mereka untuk berkarier. Bagi pasangan, mudik dapat menjadi mekanisme kontrol sosial dan motivasi dari keluarga besar atau extended family kepada pasangan untuk tetap mempertahankan perkawinan sebagai bentuk kepedulian dari keluarga besar.
Tips mudik yang aman
1. Tidak membawa anak mudik dengan
sepeda motor, apalagi untuk perjalanan jauh karena sangat melelahkan untuk
anak.
2. Apabila anak
ikut mudik dengan menggunakan angkutan umum, upayakan agar anak tidak ikut
berdesak-desakan. Para orang tua harap meningkatkan kewaspadaan dan pengawasan
terhadap anak-anak.
3. Siapkan mainan
yang disukai anak untuk menemaninya sepanjang perjalanan.
4. Siapkan
obat-obatan dan vitamin yang dibutuhkan untuk anak sepanjang perjalanan.
5.Jika
menggunakan kendaraan pribadi, pastikan mobil dalam kondisi baik. Periksa
kondisi mobil seperti mesin, oli mesin, serta ban cadangan. Periksa juga
perlengkapan dalam mobil.
6. Sebagai edukasi,
jelaskan pada anak ciri khas mengenai kota-kota yang dilalui. Selain bisa
menambah pengetahuan anak, cara ini juga bisa membuang rasa jenuh anak.
7.
Sering-seringlah beristirahat di tempat-tempat yang telah disediakan. Jangan
paksakan mengemudi ketika kondisi badan sudah lelah dan jangan kebut-kebutan.
8. Jangan lupa
membawa perlengkapan dan kebutuhan dasar bagi mereka seperti popok, bedak,
bantal, makanan bayi/ anak, dan lain-lain, 9.Orang tua perlu menyiapkan fisik
yang prima dan mental yang baik sebelum mudik.
10.Siapkan
perbekalan dan uang yang cukup selama melakukan perjalanan.
Dampak Positif dan negatif
Mudik
Dampak positif dari aspek ekonomi adalah masuknya devisa
dari luar negeri dalam jumlah yang cukup besar dari TKI kita di luar negri.
Disamping itu juga makin luasnya peredaran uang dari daerah perkotaan ke daerah
pedesaan sehingga menambah semarak di desa-desa.
Namun demikian ada beberapa
dampak negatif yang cukup signifikan, diantaranya: arus urbanisasi yang cukup
besar sehabis lebaran, angka kriminalitas yang semakin besar, jumlah angka
kecelakaan yang meningkat tajam karena kurang hati-hati di jalan waktu mudik.
Kesimpulan
: Bahwa budaya mudik yang sering dilakukan masyarakat indonesia adalah sebuah keinginan
para perantau-orang yang pergi jauh meninggalkan kampung halamannya untuk
mencari nafkah dan penghidupan yang lebih baik-untuk bisa berkumpul kembali dengan
keluarganya.
Setelah setahun
lamanya mereka bekerja dan mengumpulkan uang sampai rela meninggalkan keluarga,
teman, dan kampung halamannya. Maka, momen mudik Lebaran, Natal dan Tahun baru ini digunakan sebagai ajang pelepas rindu akan
kampung halaman, ajang silaturahmi ke sanak keluarga yang jarang sekali ditemui
karena saling berjauhan tempat kerjanya, ajang menjalin kembali keakraban yang
mungkin sudah mulai pudar karena selama setahun masing-masing orang sibuk
dengan pekerjaannya sendiri-sendiri.
- http://trasher.mywapblog.com/makna-dan-pengertian-istilah-mudik.xhtml
- - http://tekim.undip.ac.id/staf/istadi/2010/09/budaya-mudik-alias-pulang-kampung-lebaran/
0 komentar:
Posting Komentar